langsung aja deh ..
Cerpen (part 1)
Sabtu, 06 April 2013 - Label: edukasi - 0 Comments
Kali ini ane mau share sebuah cerpen karangan sendiri.. sebenernya si ini dibuat cuma karna disuruh ngumpulin tugas kumpulan cerpen. waktu itu disuruh bikin kelompok, dan di kelompok itu cuman ane yang belum bikin cerpennya.. karna pas itu otak udah ruwet dan gak dapet inspirasi... akhirnya yang terlahir adalah cerpen "apa adanya" . Tapi Alhamdulillah lah daripada ga ngumpulin..
langsung aja deh ..
“Pak Presiden, Kenapa Desaku Gelap?”
Ini adalah sebuah kisah dimana
seorang lelaki desa sepertiku mencoba melawan keadilan. Kisah ini dimulai
ketika aku mulai resah, resah karna suara tangisan – tangisan bayi diwaktu
malam, suara tangisan gadis desa atas ulah lelaki bejad di kala gelap tiba, dan
resah karna wajahku hitam terslimut asap dian yang slalu menemaniku untuk
mengerjakan kewajiban sekolahku.
Namaku Ujang, seorang anak
Jawa-Sunda kelahiran 1994 yang dilahirkan di sebuah desa terpencil sebagai
seorang cucu dari Bapak kepala desa. Yah Embahku Sudah 8 tahun menjabat sebagai
kepala desa di pelosok tanah Jawa. Semua warganya masih percaya atas
pemerintahan Embah. Walopun Ibuku orang Sunda, tapi aku dilahirkan dan
dibesarkan di tanah kelahiran ayahku di Jawa.
Jangan berpikir kalau keluarga
seorang kepala desa selalu makmur. Di desa terpencil ini kita semua sama, hidup
sedang tapi bahagia. Namun kebahagiaan itu sirna ketika fajar telah hilang dan
berganti menjadi kegelapan malam. Yah kegelapan! Gelap tanpa ada lampu di sisi
jalanan.
Sudah dari 2 tahun yang lalu
pemerintah menjanjikan listrik datang ke desa kami, namun berita itu seakan
lenyap bersama kegelapan malam. Hal ini membuatku terbangun untuk belajar lebih
giat agar aku bisa lulus dan melanjutkan kuliah di kota. Begitu pulang aku akan
mencoba membangun desaku sendiri.
Hari ini adalah hari kelulusanku
disebuah SMA di desa seberang. Memang di desaku hanya ada sebuah SD dan SMP dan
itupun sekolahnya satu atap. Makannya sekarang aku disekolahkan di SMA ini. Dan
hari ini adalah hari yang paling membahagiakan, aku bisa lulus dengan nilai
terbaik dan satu – satunya anak yang bisa mendapatkan beasiswa untuk
melanjutkan kuliah. Aku berencana untuk kuliah di Universitas Indonesia. Karna
banyak hal yang akan aku lakukan di Jakarta dan tentunya ini demi desaku
tercinta.
“Ibu, Bapa, Embah, Kula badhe pamit rumiyin” semua orang di ruang
tamu terlihat sedih dan mungkin merasa bangga dengan kepergianku ke Jakarta.
“iya Jang koe ati – ati ya nang Jakarta, Embah karo Bapa Ibumu bakal
nunggu koe ngasi dadi wong, sinau sing bener, solate sing rajin, lan ati – ati
urip nang kana ya Jang, aja kelalen nek preian dolan ngeneh ya”
“enggeh mbah, kula pamit rumiyin mobile sampun nyamper”
Aku berangkat ke Jakarta dengan
mobil dari Kabupaten, ternyata didalam mobil itu ada dua orang anak yang juga
mendapat beasiswa sama sepertiku. Dan hebatnya mereka juga sama – sama di
terima di Universitas Indonesia. Bedanya yang satu ambil jurusan sastra, yang
satu lagi ambil jurusan yang sama sepertiku teknik elektro.
Mereka adalah Ali dan Dewi. Ali
berasal dari SMA yang sama dengan Dewi mereka juara 1 dan 2 di sekolahnya. Ali
berasal dari keluarga kurang mampu dan dia yang akan jadi teman satu fakultasku
di teknik elektro. Sedangkan Dewi, gadis yang cantik dan pintar tentunya, karna
dia yang mendapat peringkat pertamanya. Dewi berasal dari keluarga sederhana
yang bercita – cita jadi penulis profesional kelak........
This entry was posted on 06.50 and is filed under edukasi . You can follow any responses to this entry through the RSS 2.0 feed. You can leave a response, or trackback from your own site.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Sabtu, 06 April 2013
Cerpen (part 1)
Kali ini ane mau share sebuah cerpen karangan sendiri.. sebenernya si ini dibuat cuma karna disuruh ngumpulin tugas kumpulan cerpen. waktu itu disuruh bikin kelompok, dan di kelompok itu cuman ane yang belum bikin cerpennya.. karna pas itu otak udah ruwet dan gak dapet inspirasi... akhirnya yang terlahir adalah cerpen "apa adanya" . Tapi Alhamdulillah lah daripada ga ngumpulin..
langsung aja deh ..
langsung aja deh ..
“Pak Presiden, Kenapa Desaku Gelap?”
Ini adalah sebuah kisah dimana
seorang lelaki desa sepertiku mencoba melawan keadilan. Kisah ini dimulai
ketika aku mulai resah, resah karna suara tangisan – tangisan bayi diwaktu
malam, suara tangisan gadis desa atas ulah lelaki bejad di kala gelap tiba, dan
resah karna wajahku hitam terslimut asap dian yang slalu menemaniku untuk
mengerjakan kewajiban sekolahku.
Namaku Ujang, seorang anak
Jawa-Sunda kelahiran 1994 yang dilahirkan di sebuah desa terpencil sebagai
seorang cucu dari Bapak kepala desa. Yah Embahku Sudah 8 tahun menjabat sebagai
kepala desa di pelosok tanah Jawa. Semua warganya masih percaya atas
pemerintahan Embah. Walopun Ibuku orang Sunda, tapi aku dilahirkan dan
dibesarkan di tanah kelahiran ayahku di Jawa.
Jangan berpikir kalau keluarga
seorang kepala desa selalu makmur. Di desa terpencil ini kita semua sama, hidup
sedang tapi bahagia. Namun kebahagiaan itu sirna ketika fajar telah hilang dan
berganti menjadi kegelapan malam. Yah kegelapan! Gelap tanpa ada lampu di sisi
jalanan.
Sudah dari 2 tahun yang lalu
pemerintah menjanjikan listrik datang ke desa kami, namun berita itu seakan
lenyap bersama kegelapan malam. Hal ini membuatku terbangun untuk belajar lebih
giat agar aku bisa lulus dan melanjutkan kuliah di kota. Begitu pulang aku akan
mencoba membangun desaku sendiri.
Hari ini adalah hari kelulusanku
disebuah SMA di desa seberang. Memang di desaku hanya ada sebuah SD dan SMP dan
itupun sekolahnya satu atap. Makannya sekarang aku disekolahkan di SMA ini. Dan
hari ini adalah hari yang paling membahagiakan, aku bisa lulus dengan nilai
terbaik dan satu – satunya anak yang bisa mendapatkan beasiswa untuk
melanjutkan kuliah. Aku berencana untuk kuliah di Universitas Indonesia. Karna
banyak hal yang akan aku lakukan di Jakarta dan tentunya ini demi desaku
tercinta.
“Ibu, Bapa, Embah, Kula badhe pamit rumiyin” semua orang di ruang
tamu terlihat sedih dan mungkin merasa bangga dengan kepergianku ke Jakarta.
“iya Jang koe ati – ati ya nang Jakarta, Embah karo Bapa Ibumu bakal
nunggu koe ngasi dadi wong, sinau sing bener, solate sing rajin, lan ati – ati
urip nang kana ya Jang, aja kelalen nek preian dolan ngeneh ya”
“enggeh mbah, kula pamit rumiyin mobile sampun nyamper”
Aku berangkat ke Jakarta dengan
mobil dari Kabupaten, ternyata didalam mobil itu ada dua orang anak yang juga
mendapat beasiswa sama sepertiku. Dan hebatnya mereka juga sama – sama di
terima di Universitas Indonesia. Bedanya yang satu ambil jurusan sastra, yang
satu lagi ambil jurusan yang sama sepertiku teknik elektro.
Mereka adalah Ali dan Dewi. Ali
berasal dari SMA yang sama dengan Dewi mereka juara 1 dan 2 di sekolahnya. Ali
berasal dari keluarga kurang mampu dan dia yang akan jadi teman satu fakultasku
di teknik elektro. Sedangkan Dewi, gadis yang cantik dan pintar tentunya, karna
dia yang mendapat peringkat pertamanya. Dewi berasal dari keluarga sederhana
yang bercita – cita jadi penulis profesional kelak........
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar